Sebuah Kisah (1): Yakinku

Alkisah. Biasanya aku mengawali pagiku dengan ujaran itu. Sebagai pemulaan, ucapnya padaku di bawah matahari yang baru bangun. Entah apa gerangan maksudnya, dia selalu berlari setiap aku hendak menarik kaos birunya untuk kujadikan lap tangan. "Aku akan menemanimu, tapi tidak menjadi temanmu."
Masih belum lama, sepersekian detik lalu aku mengingatnya. Lekat. Seolah dia di hadapanku dan memaksa menempel di lembar tugas yang ku tempelkan di kepala. Rasanya, dia disana. Aku terus menerka. Mungkinkah, tunjukku salah arah? Aku tiada mau terkilir untuk dua masa.
Senja menjadi demikian gelap saat aku berjalan kembali. Maka aku harus mengukuhkan diriku.
Ah, hatiku ingin mengungkap. Nyatanya segan, ini jalan buntu, tak berlubang. Aku menunggu terowongan digali dan aku akan melewatinya, sekalipun berlumpur dan penuh batu, nantinya. Tiada apa.
Ya, aku yakinkan diriku tak akan tersungkur. Sekalipun nantinya akan jatuh, sudahlah. Aku tiada tahu akhir kisah. Tuhan punya rumus kebahagiaan tersendiri. Dan aku hanyalah lakon. */ern

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKILAS BATAS PENDIDIKAN DI S1 PGSD UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Mengenal si Uranus: Planet Uranus: Planet Misterius yang Terguling

Yuk, Kenalan dengan Kampus 3 Universitas Negeri Malang