Catatan Perjalanan Erina: KA Penataran Pagi Itu
Hari ini aku harus kembali menuju patria raya. Tugasku mengisi materi kepenulisan puisi dalam diklat MP3 FIP UM 2017 telah purna. Seperti biasa, daripada memilih naik bis aku lebih condong pada kereta api yang lebih nyaman dan aman, bagiku. Aku sedikit trauma dengan tradegi pencopetan di bis yang berlangsung tepat di depanku dan aku tak dapat berbuat apapun. Syukurku teramat penuh kala itu, bukan aku sasarannya.
Aku menulis ini di sebuah gerbong kereta api Dhoho dengan tujuan stasiun Blitar dari Malang. Tepatnya aku ada di gerbong 4 kursi 10E sekarang. Tahukah? Ini bukan tempat dudukku, seseorang dengan sukarela berbagi tempat duduknya denganku. Aku tak mengetahui namanya, seseorang laki-laki berpakaian batik biru dengan jam tangan hitam. Kurasa dia pegawai kantor. Terima kasih sekali.
Sebenarnya aku pun mendapat kursi duduk, di 10 B. Hanya saja deret kursi itu penuh di tempati. Aku sudah bertekad berdiri kala itu dan seseorang memanggilku lantas menyerahkan kursinya. Dia akhirnya duduk di tepi kursi yang sebenarnya cukup untuk 2 orang saja. Mengingat sebelumnya, sudah ada seorang ibu duduk di kursinya.
Aku teramat mengucap syukur. Di era kini, kepedulian masih mengakar. Bahkan pada jiwa muda. Semoga aku menemui kebaikan-kebaikan lainnya yang membawaku pada laju putih. Semogaku. */ern
Sumber: google.com |
Aku menulis ini di sebuah gerbong kereta api Dhoho dengan tujuan stasiun Blitar dari Malang. Tepatnya aku ada di gerbong 4 kursi 10E sekarang. Tahukah? Ini bukan tempat dudukku, seseorang dengan sukarela berbagi tempat duduknya denganku. Aku tak mengetahui namanya, seseorang laki-laki berpakaian batik biru dengan jam tangan hitam. Kurasa dia pegawai kantor. Terima kasih sekali.
Sebenarnya aku pun mendapat kursi duduk, di 10 B. Hanya saja deret kursi itu penuh di tempati. Aku sudah bertekad berdiri kala itu dan seseorang memanggilku lantas menyerahkan kursinya. Dia akhirnya duduk di tepi kursi yang sebenarnya cukup untuk 2 orang saja. Mengingat sebelumnya, sudah ada seorang ibu duduk di kursinya.
Aku teramat mengucap syukur. Di era kini, kepedulian masih mengakar. Bahkan pada jiwa muda. Semoga aku menemui kebaikan-kebaikan lainnya yang membawaku pada laju putih. Semogaku. */ern
Komentar
Posting Komentar
Enter Your Comment Here! :D